
“Perempuan itu, Istimewa”
Oleh ;
Opickh Morotai (Penulis Buku)
SEPERTI biasa, selepas Tarawih rutinitas setiap orang berbeda-beda. Ada yang menambal dosa, ada yang menambah deposit amalnya. Ada yang sekadar hara wiri mengisi deadline waktu jelang Sahur. Saya memilih ke “Imperium Cafe” untuk menikmati secangkir kopi. Sendiri tapi tak sepi, karena ada kopi dan buku disana. Keduanya adalah sahabat yang tak pernah berkhianat dalam situasi apapun.
Kehidupan ini, ibarat sungai yang selalu mengalir melintasi selokan waktu yang tak ada ujungnya. Ia tak bisa dihentikan, kecuali kita yang dihentikan oleh kematian. Kawan tak ada yang rumit di dunia ini, karena sejatinya setiap kerumitan selalu ada peluang untuk berkembang, begitu kata, Albert Einstein.
Kembali ke Imperium Cafe, malam ini saya menulis tentang mahluk yang sangat istimewa yaitu “Perempuan”. Kawan, wanita dan perempuan itu dua kata yang sama secara etimologi tetapi berbeda dalam makna dan terminologinya. Dalam bahasa Jawa perempuan berasal dari kata ‘Puan’ artinya yang dimuliakan. Sementara wanita berasal dari kata ‘wani’ artinya patuh atau yang siap diperintah.
Tetapi secara fonologi bunyi yang dituturkan dari kedua kata tersebut diterima memiliki arti dan makna yang sama, yaitu lawan jenis dari gender laki-laki. Kalau kita diskusi tentang perempuan saya kira kita akan membutuhkan waktu yang sangat panjang. Tak cukup kalau semalam, setahun, seperiodik, dekade atau bahkan berabad-abad pun tak akan habis diperbincangkan.
Tetapi minimal ada sedikit substansi yang kita bahas dalam aktivitas keseharian kita dalam berbangsa dan bernegara. Dari perspektif wisata perempuan adalah tempat destinasi paling terindah di dunia ini. Dari perspektif fisika perempuan adalah energi yang lebih dahsyat dari bom atom atau jika dibandingkan dengan kecepatan; kepekaannya lebih cepat melampaui kecepatan cahaya.
Minum kopi dulu kawan,…!
Perempuan itu meskipun bukan raja atau presiden, tetapi ia bisa mempengaruhi apapun kebijakan pemimpin. Lihat saja, Fir’aun yang paling zalim sekalipun, istrinya Asiah dapat membawa nabi Musa ketika masih bayi ke dalam istananya untuk dibesarkan. Atau presiden Amerika Serikat Barack Obama yang setiap keputusannya selalu melibatkan istrinya Michelle.
Karena itu, setuju atau tidak perempuan merupakan mahluk yang paling kuat dari senjata yang paling canggih sekalipun. Atau semisal gedung perempuan itu, ibarat gedung yang kokoh dan terkuat di dunia, karena arsiteknya adalah Tuhan bukan manusia. Kawan, dalam Islam ketika Allah menciptakan wanita, malaikat datang dan bertanya:
“Mengapa begitu lama engkau menciptakan wanita, Ya Alllah?. Allah menjawab: Sudahkah engkau melihat dengan teliti setiap apa yang telah aku ciptakan untuk wanita?. Lihatlah dua tangannya mampu menjaga banyak anak pada saat bersamaan, pelukannya dapat menyembuhkan rasa sakit dan kerisauan. Malaikat menjawab dengan takjub: Hanya dengan dua tangan?. Tidak mungkin.
Jawab, Allah “Tidakkah kau tahu, dia juga mampu menyembuhkan dirinya sendiri dan mampu bekerja 18 jam sehari tanpa henti. Malaikat mendekati dan mengamati proses penciptaan wanita, lalu bertanya: Ya Allah, kenapa wanita terlihat begitu lelah dan rapuh seolah-olah terlalu banyak beban baginya?. Allah menjawab: Itu tidak seperti apa yang kau bayangkan, itu adalah air mata. Untuk apa? tanya malaikat.
Allah SWT menjawab, “Air mata adalah salah satu cara dia menunjukkan kegembiraan, kerisauan, cinta, kesepian, penderitaan, kebanggaan, mampu mempesona lelaki, ini hanya beberapa kemampuan yang dimiliki oleh wanita”. Lalu, Allah SWT berfirman:
“Ketika Aku menciptakan seorang wanita, ia diharuskan untuk menjadi seorang yang istimewa. Aku membuat bahunya cukup kuat untuk menopang dunia, namun, harus cukup lembut untuk memberikan kenyamanan.”
Aku memberikannya kekuatan dari dalam untuk mampu melahirkan anak dan menerima penolakan yang seringkali datang dari anak-anaknya. Aku memberinya kekerasan untuk membuatnya tetap tegar ketika orang-orang lain menyerah, dan mengasuh keluarganya dengan penderitaan dan kelelahan tanpa mengeluh.” Aku memberinya kepekaan untuk mencintai anak-anaknya dalam setiap keadaan.
Aku memberinya kekuatan untuk menyokong suaminya dalam kegagalannya dan melengkapi dengan tulang rusuk suaminya untuk melindungi hatinya.”
Aku memberinya kebijaksanaan untuk mengetahui bahwa seorang suami yang baik takkan pernah menyakiti isterinya, tetapi kadang menguji kekuatannya dan ketetapan hatinya untuk berada di sisi suaminya tanpa ragu.
Kecantikan seorang wanita bukanlah dari pakaian yang dikenakannya, sosok tubuh yang ia tampilkan, atau bagaimana ia menyisir rambutnya. Kecantikan seorang wanita harus dilihat dari matanya, kerana itulah pintu hatinya, tempat dimana cinta itu ada”. CINTANYA TANPA SYARAT.
Kalau kita pergi ke sejarah tentang perjalanan pergerakan perempuan. Tentu tak terlepas dari kata Feminisme dan Emansipasi. Secara etimologis feminis berasal dari kata Femme (women), feminisme adalah gerakan wanita untuk menolak segala sesuatu yang dimarjinalisasikan, disubordinasikan dan direndahkan oleh kebudayaan dominan, baik dalam bidang polotik dan ekomoni maupun kehidupan social pada umumnya (Ratna, 2007:184).
Istilah ini mulai digunakan pada tahun 1890-an. Feminisme adalah gerakan sosial dan politik yang bertujuan untuk mencapai kesetaraan gender. Begitu juga dengan kata emansipasi: Dalam bahasa Inggris, kata “emancipation” diserap dari bahasa Latin, kemudian diserap lagi ke dalam bahasa Indonesia menjadi “emansipasi”. Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI), emansipasi berarti: Pembebasan dari perbudakan, Persamaan hak dalam berbagai aspek kehidupan masyarakat.
Gerakan emansipasi wanita adalah perjuangan untuk membebaskan perempuan dari berbagai bentuk diskriminasi, penindasan, dan ketidaksetaraan gender. Gerakan ini bertujuan agar perempuan dapat berkembang dan maju tanpa kehilangan jati dirinya. Sejarah gerakan perempuan telah berlangsung sejak abad ke-16 hingga ke-18 Masehi di Eropa.
Pada periode tersebut, perempuan dianggap sebagai makhluk yang tidak rasional dan dituntut untuk mencari nafkah. Lain halnya dengan laki-laki yang hanya bertugas untuk melindungi perempuan tanpa harus mencari nafkah. Tak berhenti disitu, perempuan juga dianggap sebagai jelmaan dari iblis karena adanya pengaruh dari ajaran gereja. Pada masa itu, ajaran tersebut telah menjadi kebijakan nomor satu. Kebijakan tersebut akhirnya menuai pro kontra, bahkan banyak pra filsuf yang mulai menentangnya karena dianggap cukup diskriminatif.
Kondisi ini, juga menjadi bumbu merebaknya isu-isu terkait kesetaraan gender di Eropa. Bahkan, perempuan juga telah memulai gerakannya secara diam-diam guna menentang dominasi kaum laki-laki. Pada abad ke-17 di Inggris, tuntutan perempuan terkait kesetaraan gender antara perempuan dan laki-laki baru dilakukan. Kondisi ini juga melahirkan banyak tokoh pelopor gerakan kesetaraan gender, seperti Elizabeth Cady Staton dan Susan B. Anthony. Mereka Memulai gerakan kebangkitan perempuan lewat tulisannya di surat kabar The Revolution.
Gerakan itu, di Amerika Serikat mulai mempengaruhi pikiran para tokoh seperti George Washington, Alexander Hamilton dan John Adams) dan kaum Republik (Thomas Jefferson dan James Madison). Untuk memperjuangkan kepentingan perempuan. Setelah era abad ke-17, sejarah gerakan feminisme terbagi menjadi 3 gelombang.
Gelombang pertama terjadi sekitar tahun 18-19 Masehi. Pada masa itu, terjadi pembodohan terhadap kaum perempuan karena mereka dianggap sebagai sosok nomor dua.
Perempuan dianggap hanya bisa mengolah makanan, sementara laki-laki bisa berburu dan mencari bahan makanannya sendiri. Artinya perempuan dijadikan mesin tanpa kemanusiaan. Gelombang kedua terjadi pada abad ke-19 ketika mulai muncul kebebasan terhadap kaum perempuan. Di masa ini, muncul banyak aliran feminisme. Misalnya adalah feminisme liberal, radikal, marxisme, hingga sosialis.
Dalam gelombang ini, perempuan cenderung mendongkrak masalah kesetaraan dalam hal budaya dan sosial, seperti kekerasan seksual, reproduksi, pengasuhan anak, hingga permasalahan domestik. Di era ini juga muncul seorang aktivis asal Amerika yang menerbitkan tulisannya, yaitu Betty Friedan dengan tulisan berjudul The Feminine Mystique. Gelombang ketiga dikenal sebagai era posfeminisme yang dimulai sejak tahun 1980. Aliran ini sangat populer dan menjadi banyak rujukan oleh para feminis modern.
Meski begitu, banyak orang yang menganggap bahwa posfeminisme berbeda dengan gelombang ketiga. Sebab, posfeminisme cenderung menentang gelombang kedua. Gelombang ketiga, upaya yang dilakukan adalah mengusung keragaman serta perubahan, seperti halnya globalisasi. Dengan begitu, lahirnya gerakan feminisme gelombang ketiga dipengaruhi oleh postmodernisme. (**)
Disclamer : Selamat hari perempuan sedunia “Happy Women’s Day” untuk semua perempuan-perempuan hebat.