ads

“Literasi Untuk Desa”

Oleh

Arafik A. Rahman (Penulis Buku)

DESA, adalah tempat dimana negara dilahirkan. Begitu kira-kira argumentasi awal yang ingin saya sampaikan. Tanpa desa negara tak mungkin ada, di desa itulah nenek moyang kita dahulu berjuang mati-matian melawan enverdomen Belanda. Di desa itulah tempat kita dilahirkan, dibesarkan dan awal kita bersekolah untuk mengenyam yang namanya Literasi.

Oleh sebab itu, desa memegang peran yang sangat penting dalam membangun peradaban bangsa Indonesia kini dan nanti. Lalau bagi cara membangunnya?. Tentu hanya dengan membangun jalan pikiran atau yang saya sebut literasi. Orang bisa melakukan tidak kriminal, mengkonsumsi narkotika, kekerasan seksual dan lainnya, itu hanya karena semata-mata mereka kekurangan asupan literasi.

Jika literasi kita baik, maka tentu kesadaran masyarakat terhadap pelanggaran hukum juga ikut membaik. Sebab literasi tidak sekadar membaca dan menulis buku tetapi juga termasuk kecakapan hidup manusia, begitu kata Carlo Capello seorang filsuf asal Italia. Dulu, waktu kita kecil orang tua kita sering menasehati dengan kata “Kalau mau senang, itu pergi ke sekolah. Kalau tidak sekolah, mau jadi apa nanti kamu di masa depan?”

Klausa seperti ini, sangat familiar di telinga kita. Apa maksud dari mereka? Tentu adalah sebuah pesan singkat yang amat Istimewa karena mengandung motivasi, mengandung alarm akan betapa pentingnya literasi. Sebetulnya mereka tak tau soal kata literasi tetapi yang pasti mereka tau bahwa di dalam kelas di bangunan kumuh sekolah itulah kita diajarkan membaca, menulis dan menghitung oleh ibu/bapak guru.

Dulu, sekitar tahun 1917 di Uni Soviet (Rusia), presiden Vladimir Lenin membuat kebijakan literasi yaitu mengharuskan semua warga Uni Soviet untuk membaca, menulis dan berhitung. Jika tidak maka tak akan mendapatkan bantuan-bantuan yang digelontorkan oleh pemerintah Rusia saat itu. Juga di Indonesia eranya Bung Karno; ada kebijakan melawan buta huruf, dengan melibatkan semua elemen masyarakat dan PGRI menjadi pelopor utamanya.

Berangkat dari itu, study tentang membangun desa menurut saya Literasi adalah jalan terbaik. Sebab dengan membangun jalan pikiran masyarakat desa, secara otodidak masyarakat akan memahami eksistensi hukum yang berlaku di negara Indonesia. Memang infrastruktur juga penting tetapi yang paling strategis dan penting adalah sumberdaya manusia itu sendiri.

Kemudian, berdasarkan data Badan Pusat Statistik (BPS), bahwa desa di Indonesia berjumlah 81.616 desa. Dengan prosentase yaitu desa tertinggal berjumlah 4.438 desa, desa berkembang 33.893, desa maju 16.641 desa dan desa mandiri 6.239 desa dari sebelumnya 174 desa. Dari total jumlah desa di Indonesia, ada 2 provinsi yang mendominasi jumlah yang cukup banyak desanya.

Adalah provinsi Jawa Timur dengan jumlah 8.576 desa dan provinsi Jawa Tengah yakni 8.569 desa. Herannya kedua provide tersebut mempunyai literasi yang cukup baik, padahal beban pemerintah yang cukup berat dalam membangun literasi ada di sana.Sementara Indonesia timur yang memiliki 17 provinsi, amatlah tertinggal literasi nya. Apalagi di provinsi Maluku Utara dengan jumlah desa/kelurahan sebanyak 1.199 desa dan total jumlah penduduk 1.319.338 tahun 2022.

Ini merupakan pekerjaan berat bagi pemerintah dari daerah sampai ke pusat, juga termasuk kita semua. Yang mesti dilakukan dengan berbagai inovasi dalam kebijakan publik; fasilitas baca perpustakaan, fasilitas baca di ruang publik dan hendaknya menuangkan dalam bentuk regulasi (PERDA). Misalnya aturan tentang hari membaca (one day to read), atau semacamnya ajakan kepada anak muda untuk selalu membawa buku ketika keluar rumah dan bepergian keluar daerah di dalam atau diluar Maluku Utara.

Dengan begitu, pasti ada sedikit pergeseran paradigma literasi yang lebih maju. Seperti di beberapa negara adidaya Amerika Serikat, Kanada, Finlandia dan Jerman yang mempunyai fasilitas baca super lengkap bukunya dan canggih teknologi bacanya. Kita tak bisa nafikan bahwa hanya dengan membangun pendidikan dan literasi bangsa ini dapat bersaing dengan negara-negara maju di dunia. (**)

Bagikan:

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *